Untuk Yang Selalu Dendam
...................................
Melupakan mu adalah keindahan
Setelah fatamorgana datang menggoda
Menarikan bayangan pengharapan yang pernah singgah
Jauh sebelum hari-hari pilihan menjadi takdir-Nya
...................................
Melupakan mu adalah keselamatan
Setelah api dendam tak kunjung kau padamkan
Atas kesalahan membaca mantra-mantra
Dulu, jauh sebelum hari-hari pilihan menjadi takdir-Nya
...................................
Melupakan mu adalah keharusan
Setelah aku tahu dendam mu tak kunjung kau padamkan
Sakit jiwa mu mengganggu hari-hari mu
Dan aku tahu, kau ingin menyengsarakanku
...................................
Melupakan mu adalah kemenangan
Mata tajam mu tak mampu menggapai amarah mu
Menghancurkan kehidupan ku seperti yang kau angankan
Sementara tangan mu tak dapat lagi mencengkeram ku
...................................
Melupakan mu adalah karunia
Kesadaran sejati yang diwayhukan-Nya pada hening malam
Membuka mata batinku pada kanyataan yang sesungguhnya
Bahwa ramahmu menyembunyikan angkara
Bahwa tawamu memendam sembilu
Bahwa kecerianmu menutupi kebencian
Ya……… Semua jelas kini
Aku hampir terperangkap dendam masa lalu
Aku hampir tertangkap jerat kutuk mu
Aku hampir kalah dan kau hancurkan
Aku hampir menjadi korban kesumat mu
Aku hampir menjadi boneka mainan mu
Aku hampir menjadi wayang di tangan pedalangan mu
...................................
Melupakan mu adalah anugerah
Agar jalan lurus ini tetaplah lurus
Agar keyakinan ini tetaplah teguh
Agar bahtera ini tetaplah berlayar
Menuju tepian pantai pengharapan
Bersama permaisuri dan pangeran yang dititipkan-Nya
...................................
Melupakan mu adalah keindahan
Melupakan mu adalah anugerah
Melupakan mu adalah karunia
Melupakan mu adalah keharusan
Melupakan mu adalah keselamatan
Melupakan mu adalah kebenaran
Melupakan mu adalah kemenangan
...................................
Wahai engkau yang memelihara dendam
Jangan pernah lagi berhapar dapat mengalahkanku
Dengan segala muslihat dan tipuan permainan mu
Wahai engkau yang memelihara api angkara
Matilah segera agar dunia ini tak berat menyanggamu….!!!
...................................
Wahai engkau yang memelihara kemurkaan
Bukankah masa lalu telah lama terkubur?
Kenapa kau ingin menggalinya kembali hanya untuk kau hinakan?
...................................
Wahai engkau yang tak mampu menerima kekalahan
Belajarlah memenangkan kejernihan nurani
Karena dendam bukanlah bisik nurani
Karena dendam hanyalah tangan-tangan setan
...................................
Wahai engkau yang tak mampu menjadi diri sendiri
Cukuplah mempermainkan orang
Cukuplah menghinakan orang
Cukuplah menistakan orang
...................................
Wahai engkau yang masih mendendam
Ambillah air wudlu
Ucapkan dan patrikan kesaksian
Dirikanlah sholat
Laparkan perutmu dengan puasa
Hiasi tangan mu dengan zakat dan sedekah
Bugarkah dirimu dengan perjalanan ziarah ke tanah suci
Agar kau selamat dari murka Tuhan
Dengan memutihkan jiwa, membuang dendam
...................................
Wahai engkau yang selalu dendam
Berakhirlah……………….!!!
...................................
Salatiga,
Sepertiga malam terakhir,
Saat terbangun dari mimpi,
20 Desember 2004
Label: puisi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda