Nyanyian Sunyi Untukmu, Istriku
.................................................................
Istriku,
Maafkan aku,
Jika tak mampu bahagiakanmu,
Memelukmu dengan rasa cinta,
Dan aku bisu,
Dalam diamku,
Tafakurku menjelajah sejarah,
Saat kau semakin ikhlas menerimaku,
Dalam kurang dan lemahku,
Sungguh, aku tak mampu membalasmu,
Dengan bahagia dan keindahan.
.................................................................
Istriku,
Ketabahanmu menyandera keangkuhanku
Dalam doa pengharapan akan kesetiaan
Semoga kita tegar menjalani sisa nafas penghabisan ini
Agar tak ada penyesalan
Agar tak ada kekecewaan
Yakinlah, semua akan menjadi bahagia
Dalam cinta yang tak mengenal keangkuhan
Dalam rindu yang tak mengenal keangkuhan
Dalam khilaf yang tak mengenal keangkuhan
Dalam sikap yang tak mengenal keangkuhan
.................................................................
Istriku,
Dalam kemanusiaanmu aku pun tahu
Mimpi dan pengharapanmu pada kewajaran hidup
Mimpi dan pengharapanmu pada keindahan hidup
Tetapi marilah semua kita kubur sedalam perut bumi
Agar kewajaran yang kita dapati adalah kewajaran para nabi
Agar keindahan yang kita dapati adalah keindahan cinta Ilahi
.................................................................
Istriku,
Aku memang bukan Sulaeman yang dikaruniai kekayaan
Aku memang bukan Nuh yang dikaruniai kapal pesiar besar
Aku memang bukan Yusuf yang dikaruniai ketampanan wajah
Aku memang bukan Ya’kub yang dikaruniai luasnya kesabaran
Aku memang bukan Isa yang dikaruniai mu’jizat kesaktian tangan
Aku memang bukan Daud yang dikaruniai keindahan suara
Aku memang bukan Muhammad yang dikaruniai kesempurnaan akhlaq
Aku memang hanya aku, debu kecil yang mengharap serpihan cinta-Nya
Aku memang hanya aku, yang mengalir di nadiku darah para nabi
Aku memang hanya aku, yang mendamba menjadi wakil-Nya di alam ini
Aku memang hanya aku, yang mendamba kesejatian-Nya
Aku memang hanya aku, yang ingin bersatu dengan-Nya
Aku memang hanya aku, seonggok daging yang tak bergerak jika tanpa digerakkan-Nya
Aku memang hanya aku, ruh yang berpisah dan kini menyatu kembali
.................................................................
Istriku,
Dalam kemanusiaanku, maafkan seluruh kesalahanku
Dalam kenistaanku, maafkan semua khilafku
.................................................................
Istriku,
Yakinlah….!!!!
.................................................................
Salatiga,
Menjelang fajar, saat hati terkoyak
15 Desember 2004
Label: puisi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda