Rabu, 09 Desember 2009

Nyanyian Sunyi Untukmu, Istriku

.................................................................

Istriku,

Maafkan aku,

Jika tak mampu bahagiakanmu,

Memelukmu dengan rasa cinta,

Dan aku bisu,

Dalam diamku,

Tafakurku menjelajah sejarah,

Saat kau semakin ikhlas menerimaku,

Dalam kurang dan lemahku,

Sungguh, aku tak mampu membalasmu,

Dengan bahagia dan keindahan.

.................................................................

Istriku,

Ketabahanmu menyandera keangkuhanku

Dalam doa pengharapan akan kesetiaan

Semoga kita tegar menjalani sisa nafas penghabisan ini

Agar tak ada penyesalan

Agar tak ada kekecewaan

Yakinlah, semua akan menjadi bahagia

Dalam cinta yang tak mengenal keangkuhan

Dalam rindu yang tak mengenal keangkuhan

Dalam khilaf yang tak mengenal keangkuhan

Dalam sikap yang tak mengenal keangkuhan

.................................................................

Istriku,

Dalam kemanusiaanmu aku pun tahu

Mimpi dan pengharapanmu pada kewajaran hidup

Mimpi dan pengharapanmu pada keindahan hidup

Tetapi marilah semua kita kubur sedalam perut bumi

Agar kewajaran yang kita dapati adalah kewajaran para nabi

Agar keindahan yang kita dapati adalah keindahan cinta Ilahi

.................................................................

Istriku,

Aku memang bukan Sulaeman yang dikaruniai kekayaan

Aku memang bukan Nuh yang dikaruniai kapal pesiar besar

Aku memang bukan Yusuf yang dikaruniai ketampanan wajah

Aku memang bukan Ya’kub yang dikaruniai luasnya kesabaran

Aku memang bukan Isa yang dikaruniai mu’jizat kesaktian tangan

Aku memang bukan Daud yang dikaruniai keindahan suara

Aku memang bukan Muhammad yang dikaruniai kesempurnaan akhlaq

Aku memang hanya aku, debu kecil yang mengharap serpihan cinta-Nya

Aku memang hanya aku, yang mengalir di nadiku darah para nabi

Aku memang hanya aku, yang mendamba menjadi wakil-Nya di alam ini

Aku memang hanya aku, yang mendamba kesejatian-Nya

Aku memang hanya aku, yang ingin bersatu dengan-Nya

Aku memang hanya aku, seonggok daging yang tak bergerak jika tanpa digerakkan-Nya

Aku memang hanya aku, ruh yang berpisah dan kini menyatu kembali

.................................................................

Istriku,

Dalam kemanusiaanku, maafkan seluruh kesalahanku

Dalam kenistaanku, maafkan semua khilafku

.................................................................

Istriku,

Yakinlah….!!!!

.................................................................

Salatiga,

Menjelang fajar, saat hati terkoyak

15 Desember 2004

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda